Iptu Dwi Yulianto foto bersama keluarga di kediaman rumahny,, Andika
Hilir mudik para petugas kepolisian yang sedang bertugas melaksanakan tugasnya, seperti di pos penjagaan terlihat beberapa polisi yang sedang mengamankan gerbang masuk Polres Metro Depok.
Iptu Dwi Yulianto seorang anggota Kepolisian Republik Indonesia, yng sekarangmenempati posisi Kaur Subbag Progar Bagren Polres Metro Depok. Yng sebelumnya Kapolsek Tajur halang Bogor
Iptu Dwi Yulianto merupakan seorang anggota polisi yang ramah, ini terbukti saat ingin di wawancara Andika, terkait pengalaman-pengalamanya saat menjadi anggota kepolisian.
Iptu Dwi Yulianto yang kini berpangkat perwira mengatakan, jabatan dan pangkatnya ini tidak mudah didapatnya, banyak proses yang harus ia lalui smpai dititik ini.
“Banyak yang harus di lalui seperti harus mengambil kuliah umum di tengah kesibukanya, dan mengikuti sekolah perwira dengan seleksi yang begitu ketat,” ucap Iptu Dwi yang mengawali karir kepolisian dari pangkat Bintara.
Selama menjadi anggota kepolisian, Iptu Dwi sudah mengalami mutasi sebanyak 20 kali, mulai dari seorang Sabhara di Polda Metro Jaya hingga memimpin sebuah kecamatan di Kabupaten Bogor yaitu menjadi Kapolsek Tajur Halang.
“Saya sudah 20 kali mutasi,” ucapnya sambil tersenyum.
Ternyata, menjadi seorang anggota Kepolisian bukan cita-cita utamanya, melainkan cita-cita utamanya yaitu menjadi seorang pengusaha. Dengan sekarang dirinya sudah menjadi polisi, Iptu Dwi tidak melupakan cita-cita utamanya, di sela kesibukanya beliau selalu mencari celah untuk menjalankan berbagai macam usaha.
“Waktu kecil cita-cita saya adalah menjadi pengusaha tetapi seiringnya waktu ternyata saya menjadi polisi tetapi di waktu-waktu luang selalu mencari celah usaha,” ungkapnya.
Cita-citanya ini tercipta karena melihat latar belakang keluarga yang pas-pasan, karenanya yang ia pikirkan bagaimana setelah lulus sekolah langsung bekerja untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan orangtuanya.
“Maka dari itu, saya tidak mengambil Sekolah menengah pertama (SMA) tetapi mengambil Sekolah Menengah Kejuruan (SMA) karena keluarga elit alias ekonomi sulit sehingga lulus sekolah wajib bekerja,” ujar dia sambil tertawa.
Itu juga menjdi alasan mengapa Iptu Dwi tidak mendaftar Akademi Kepolisian (Akpol) karena ijazah yang ia punya adalah ijazah SMK, sedangkan persyaratan masuk Akpol harus menggunakan Ijazah SMA.
“Karena saya SMK dulu Akpol harus SMA,” katanya.
Kesulitan pada ekonomi keluarganya tidak membuat Iptu Dwi pasrah dengan keadaan, Bahkan semenjak sekolahpun ia sudah bekerja untuk mencari uang jajan tambahn untuk dirinya, karena uang jajanya yang sangat sedikit.
“Dari zaman Sekolah Dasar (SD) udah jualan es mambo kaloingin makan enak dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) jadi kuli panggul di Pasar Citeureup serta jualan kantong kresek ditempat itu,” tuturnya.
Dirinya juga bercerita semasa sekolahnya, terkadang sekolah terlambat, dikarenakan harus menumpang dengan truk dengan tujuan untuk menghemat ongkos.
“Biaya ongkos buat jajan karena saya laper,” ungkapnya sambil mengingat masa lalunya.
Yang lebih uniknya pada semasa sekolahnya, Iptu Dwi mengungkapkan bahwa dirinya adalah pelaku balap liar, ini merupakan hal yang unik karena kini iya bekerja sebagai anggota kepolisian dengan salah satu tugasnya memberantas balap liar.
“Dulu saya termasuk pelaku balap liar dan pada saat sekolah pun sudah ikut-ikutan kerja di bengkel motor,” tuturnya.