Tbinterpol -Jakarta.- budayawan kondang Betawi itu telah wafat. Sosok pria dengan rambut panjangnya yang khas dan gaya bicara blak-blakan itu meninggal dunia pada Minggu (25/12/2022) hari ini pukul 08.35 WIB di RSPI Bintaro, Tangerang Selatan, Banten.
Hal itu sebagaimana dikabarkan oleh pihak keluarga Ridwan Saidi pada Minggu pagi.
“Telah berpulang dengan tenang Suami, Ayah dan Dato kami tercinta Bapak Ridwan Saidi pada hari Ahad, 25 Desember 2023 pukul 08:35 di RSPI Bintaro Tangsel,” tulis pesan tersebut.
“Mohon dimaafkan atas kekhilafan almarhum semasa hidup. Semoga Bapak Ridwan Saidi rahimahullah husnul khatimah. Aamiin Allahumma aamiin,” lanjut keterangan keluarganya.
Pria kelahiran Jakarta, 2 Juli 1942 itu merupakan anak keempat dari empat bersaudara dan merupakan satu-satunya anak laki-laki dari pasangan Abdurrahim dan Muhaya.
Ridwan menikah dengan seorang wanita kelahiran Minang, Sumatera Barat, bernama Yahma Wisnani, pada 1977. Dari pernikahannya dengan Yahma, Ridwan dikaruniai lima orang anak, yakni Syarifah Jihan Marina, Syarif Razvi, Rifat Najmi, Ferhat Afkar, dan Shahin Maulana.
Ridwan tercatat pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Hukum dan Ilmu Kemasyarakatan (sekarang FISIP) Universitas Indonesia (UI) 1963-1976.
Sebagai seorang sejarawan, Ridwan andal dalam menulis dan menerbitkan buku-buku yang bertemakan sejarah terkait Ibu Kota.
Buku-buku yang pernah ia tulis antara lain, seperti Golkar Pascapemilu 1992 (1993), Profil orang betawi: asal muasal, kebudayaan dan adat istiadat (1997), Kepemimpinan politik Betawi di Daerah Jakarta 1942-1957 dan akar kebudayaannya (2010), sampai Kronologi Kedatangan Islam di Indonesia (2018).
Tak hanya dikenal sebagai Sejarawan sekaligus Budayawan Betawi, Ridwan Saidi, juga merupakan mantan anggota DPR dan sosok yang dikenal aktif dalam berorganisasi.
Ia pernah menjabat s Sekjen Persatuan Mahasiswa Islam Asia Tenggara pada 1973-1975 dan Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada tahun 1974-1976.
Ridwan pun sempat menjadi Anggota DPR Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada 1977-1982 dan 1982-1987.
Selepas itu, ia menduduki kursi Ketua Umum Partai Masyumi Baru pada 1995-2003. Pada 2003, Ridwan dipercaya menjadi Ketua Steering Committee Kongres Kebudayaan. Ridwan juga sempat menjadi Ketua Komite Waspada Komunisme, serta menjadi Ketua dan Pendiri Yayasan Renaissance pada 2013.
Jurnalis : Adam.S