Tbinterpol com | Bangli, Polsek Tembuku,
Sembahyang bersama dalam rangka Hari Raya Siwaratri di Pura Dalem Agung Desa Adat Bangbang sekaligus Kapolsek Tembuku AKP I WAYAN OKA YASA SH.MH memperkenal diri kepada masyarakat Desa Bangbang, Jumat Malam (20/01/2023).
Sembahyang bersama dalam rangka hari Raya Siwaratri di Pura Dalem Agung Desa Adat Bangbang dan sekaligus Kapolsek Tembuku AKP I WAYAN OKA YASA SH.MH memperkenal diri kepada masyarakat Desa Bangbang disamping menyampaikan pesan-pesan Kamtibmas.
Hadir dalam acara tersebut Camat tembuku Putu Sumardiana, S.Stp, Danramil tembuku, PHDI Kecamatan Tembuku, Majelis Desa Adat Kecamatan Tembuku I Wayan Atub, Perbekel Desa Bangbang, Jro bendesa sepedesaan Bangbang, KKN Undiknas denpasar, Jro Mangku Sepedesaan bangbang, Pecalang desa adat bangbang dan masyarakat kurang lebih 70 orang
MDA Kecamatan Tembuku juga memberikan sambutan menerangkan tujuan, arti dan makna pelaksanaan malam Ciwalatri adalah merupakan malam yang paling gelap di antara malam malam yang sudah berlalu dan di artikan malam Siwa.
Dalam cerita Hindu tentang Ciwaratri, Lubdaka berburu sebagaimana mestinya di dalam hutan. Dibawanya semua peralatan tanpa mengenal lelah. Akan tetapi hari itu berbeda dengan hari biasanya, hingga menjelang sore lubdaka belum juga memperoleh hasil buruannya. Kalau sampai aku pulang tidak membawa hasil buruan, makan apa keluargaku di rumah. Pikiran itu membuat lubdaka semangat makin tinggi, langkah semakin cepat dan pandangan mata terus mencari binatang buruan. Tanpa terasa hari sudah gelap dan lubdaka berada di tengah hutan. Lubdaka memutuskan untuk tinggal di hutan dan mencari tempat yang aman.
Lubdaka melihat ada sebuah pohon bila yang cukup tua dan tampak kokoh di pinggir sebuah telaga air yang tenang. Dia memanjat batang pohon itu dan mencari posisi yang nyaman untuk bersandar. Lubdaka berusaha untuk tidak tidur karena takut bila terjatuh. Agar tidak tertidur lubdaka memetik satu per satu daun bila dan menjatuhkannya ke bawah, sehingga mengenai Lingga yang ada di bawahnya. Lubdaka sendiri tidak menyadari bahwa malam itu adalah malam Siwalatri, dimana Dewa Siwa tengah melakukan yoga.
Satu per satu daun berguguran, lubdaka mulai menyesali segala perbuatan jahat yang pernah dia lakukan sepanjang hidupnya. Di atas pohon lubdaka bertekad untuk berhenti menjadi pemburu. Lamunan panjang Lubdaka akan dosa-dosanya seolah mempercepat waktu. Rasanya baru sebentar saja Lubdaka melamun, tapi tahu-tahu pagi pun tiba.
Itu menggambarkan bahwa dosa-dosa yang pernah dilakukannya sudah terlalu banyak dan tidak bisa diingatnya satu per satu lagi dalam waktu satu malam
Makna sesungguhnya dari hari raya Siwaratri tersebut adalah malam perenungan suci, malam dimana manusia bisa mengevaluasi dan instropeksi diri atas perbuatan atau dosa-dosa selama ini, sehingga pada malam itu manusia bisa memohon kepada Sang Hyang Siwa yang juga sedang melakukan payogan agar diberikan tuntunan sehingga bisa keluar dari perbuatan dosa tersebut. Pada saat malam itulah umat manusia melakukan pendekatan spiritual kepada Siwa untuk menyatukan atman dengan paramatman.
AKP I Wayan Oka Yasa, SH.,MH. mengungkapkan sangat senang bisa bersama masyarakat melaksanakan persembahyangan dan merupakan wujud hadirnya Polri di tengah-tengah kegiatan Masyarakat untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada masyarakat yang melaksanakan persembahyangan. “Jelasnya