TB Interpol Labuhanbatu

Datangnya para awak Media ke perkebunan PTPN IV Unit Usaha Kebun Ajamu 1, tepatnya di Pondok Wesel beberapa hari lalu, menjadi penyemangat baru bagi para karyawan yang telah begitu lama bekerja di perkebunan milik plat merah tersebut.
Dengan rasa senang masing – masing dari mereka (karyawan), menceritakan keluh kesahnya kepada awak Media, dari kapan mereka datang dan mulai bekerja di perkebunan milik plat merah tersebut, bahkan ada diantara mereka yang lahir dan dibesarkan di tempat itu.Mereka juga menceritakan tentang keadaan rumah tempat tinggal mereka, yang mau tidak mau dan terpaksa harus tinggal ditempat yang telah disediakan oleh perusahaan, di karenakan mereka tidak memiliki tempat tinggal lain di kampung.Walaupun keadaan rumah yang disediakan perusahaan terkesan tidak layak lagi untuk ditempati, namun mereka tidak ada pilihan lain dan harus tetap tinggal dan beristirahat dirumah tersebut.Yang mana lantai rumahnya sudah pada beretakan, dinding dan tiang juga sudah pada lapok serta yang paling parahnya lagi atap rumahpun sana sini sudah pada bocor.
Mereka (karyawan), sangat menginginkan sekali tinggal ditempat yang layak seperti di perkebunan – perkebunan lainnya, yang mana perumahan tempat tinggal mereka memberikan rasa kenyamanan bagi karyawan nya.Mereka dan keluarga dapat tidur dengan nyenyak dan dengan tanpa harus bangun, untuk mengurusi air hujan dari atap yang bocor di sana sini,dan keadaan ruangan rumahpun tetap dalam keadaan terang benderang meskipun ada hujan badai, dikarenakan tidak harus mematikan meteran listrik di karenakan takut konslet.
Semua keluh kesahnya mereka(karyawan) sampaikan kepada awak Media,dengan harapan agar Media menulis dan mempublikasikan tentang apa saja yang dialami para karyawan PTPN IV Ajamu 1, hususnya di Pondok Wesel, dengan harapan dapat dibaca para pejabat publik terutama menteri BUMN dan itansi terkait.
Mereka juga berharap agar tercuatnya berita tentang keadaan dan kondisi rumah tempat tinggal mereka, kiranya dapat berdampak baik bagi mereka, dengan harapan kantor pusat segera menganggarkan perehapan rumah tempat tinggal mereka sesegera mungkin, dan itansi terkaitpun segera menegur pihak menejemen perusahaan.
Tidak hanya sampai disitu, mereka juga para karyawan kebun,selama ini merasa dianak tirikan.Pasalnya perumahan karyawan pabrik senantiasa diperhatikan dan sering direhab.Sedangkan perumahan mereka para karyawan kebun sama sekali tidak pernah di perhatikan atau direhab sama sekali.Padahal setiap tahunnya perumahan mereka selalu difoto dan foto sama orang tehnik perkebunan,namun tidak ada realisasinya.Bahkan sudah cukup banyak rumah – rumah karyawan yang dihancurkan dikarenakan sudah di tinggal para penghuninya namun tidak juga dibangun kembali.
Menindak lanjuti keterangan para karyawan perkebunan.Kamipun (tim) mencoba menghubungi Menejer Kebun melalui cetingan di WhatsApp beberapa hari lalu,dan menanyakan kebenaran hasil investigasi kami kepadanya agar dapat diklarifikasi olehnya.
Semula sang Menejer memberikan jawaban dengan baik dan dengan kalimat,”ijin Pak, perbaikan rumah karyawan terus kita laksanakan dan dianggarkan di setiap tahunnya Pak secara bertahap.”
Namun di akhir cetingan ada kalimat yang mana menurut para awak media Menejer ingin memain matakan kami dengan kalimatnya, “ijin bang gak sempat ngopi bareng sama orang Abang.Tidak mengurangi rasa hormat bang…ada nomor cantik yang bisa kami tau bang.”
Menurut dugaan Rahmat, Kordinator Liputan Media Waspada Indonesia,pertanyaan nomor cantik pada wartawan itu berarti nomor rekening. “Apa maksud Menejer menanyakan nomor cantik kepada kita bang,”Rahmat balik bertanya kepada kami.
“Apakah Menejer ini ingin menghentikan langkah dan pena kita Pak?
Makanya dia menanyakan nomor cantik,” sambung Hasim Kabiro Detik Peristiwa dengan menduga duga Kamis (16/01/2025).
“Kita ini wartawan bang,pantang bagi kita memutus harapan orang banyak,apa lagi harapan orang banyak yang teraniaya bang,”tutup Rahmat.(Abdi)