Kopassus Penjaga Pancasila: Benarkah Amanat Proklamasi Dilanggar?

Serang, Banten || TBINTERPOL.COM

 

Read More

Warga Thoriqoh Shiddiqiyyah Mengadakan Tasyakkuran Tahun Baru Hijriyyah (TTBH). Organisasi Jam’iyyah Kautsaran Putri Haajarulloh Shiddiqiyyah (JKPHS) mengadakan Silaturahmi dan Tasyakkuran Tahun Baru Hijriyyah 1446 di gedung Baladika Kopassus, Serang, Banten, pada Ahad, 4 Agustus 2024.

Warga Thoriqoh Shiddiqiyyah dari seluruh penjuru Nusantara Indonesia dan Malaysia hadir memenuhi gedung Baladika Kopassus, Serang, Banten. Turut hadir untuk memberikan berkah dalam acara tersebut adalah Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siroj, M.A, mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul ‘Ulama (PBNU), serta K.H. Marzuki beserta rombongan.

KH Said Aqil Siroj dalam pitutur luhurnya menyampaikan,

Bangsa ini akan dimuliakan dan bermartabat tinggi di mata bangsa lain jika akhlaknya baik, Mari kita bangun akhlakul karimah, buang sifat takabur, hasud, iri, fitnah, su’udzon, pikiran negatif, dan hoaks dari hati kita. Isi hati kita dengan sabar, tawadhu, mahabbah, ridho, dan syukur kepada Allah. Inilah ciri khas Jam’iyyah Kautsaran Putri Hajarulloh Shiddiqiyyah.”

“Tetaplah berjuang melalui Thoriqoh Shiddiqiyyah, taat dan patuh kepada Mursyid Thoriqoh Shiddiqiyyah. Mari kita tingkatkan kesadaran beragama dan cinta tanah air. Dengan mengikuti ajaran dan bimbingan Mbah Kyai Mochammad Muchtarulloh Almujtaba Mukti, insya Allah kita akan hidup selamat dunia akhirat,” pungkasnya.

 

Kyai Mochamad Muchtarulloh Almujtaba Mukti, selaku dewan pemelihara organisasi di lingkungan Thoriqoh Shiddiqiyyah sekaligus Mursyid Thoriqoh Shiddiqiyyah, menyampaikan pesan mendalam dalam pitutur luhurnya. Beliau menekankan,

“Saya hanya ingin mengajak para murid Thoriqoh Shiddiqiyyah untuk mensyukuri Hijrahnya Nabi Muhammad SAW, bukan sekadar mengulang tahunnya, bulan, atau harinya. Karena pada waktu itu belum ada tahun Hijriah, yang baru ada pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Mensyukuri Tahun Baru Hijriah yang saya maksud adalah mensyukuri hijrah jiwa Nabi Muhammad SAW, semangatnya, filosofinya, bukan sekadar tanggal dan harinya.”

Beliau juga menggarisbawahi amanat dalam pembukaan UUD 1945 yang hanya terdiri dari empat alinea, yang diamanatkan untuk seluruh bangsa Indonesia.

“Amanat dalam undang-undang ada tiga panca: Panca Pintu Gerbang Negara Kesatuan Republik Indonesia, Panca Dasar Negara, dan Panca Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perjuangan kemerdekaan Indonesia telah membawa kita ke depan pintu gerbang kemerdekaan, namun kita belum masuk, masih berada di luar pintu gerbang. Apa pintu gerbangnya? 1. Merdeka, 2. Bersatu, 3. Berdaulat, 4. Adil, 5. Makmur. Ini adalah pintu gerbang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada 18 Agustus 1945, barulah kita masuk ke dalam pintu gerbang kemerdekaan.”

Beliau melanjutkan dengan penjelasan tentang teks proklamasi,

“Di teks proklamasi dijelaskan, ‘Kami bangsa Indonesia,’ bukan ‘Kami Republik Indonesia.’ Menyatakan dengan ini kemerdekaan titik. Hanya itu yang diucapkan dalam proklamasi. Setelah itu, mengenai negara, pemindahan kekuasaan dan pelaksanaannya dilakukan dengan secara seksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya, Jakarta, 17 Agustus atas nama bangsa Indonesia, Soekarno-Hatta, bukan atas nama Republik, karena republik belum ada.”

 

Kyai Muchtarulloh juga mengklarifikasi,

“Jika ada yang mengatakan 17 Agustus 1945 kemerdekaan Republik Indonesia, itu adalah salah kaprah, salah letak keliru pasang. Pada saat itu, negara belum ada, yang ada adalah bangsa Indonesia. Kalau 17 Agustus 1945 kemerdekaan Republik Indonesia, kapan bangsa Indonesia yang merdeka? Sampai sekarang belum merdeka, yang merdeka itu republik. Republik itu kan negara. Lalu siapa yang mendirikan negara ini? Yaitu PPKI, Panitia Pemindahan Kekuasaan Indonesia, bukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Karena Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia itu bentukan Jepang yang tak pernah dilantik. Yang benar adalah Panitia Pemindahan Kekuasaan Indonesia, yang dibentuk oleh Soekarno dan Hatta, bukan atas nama presiden dan wakil presiden karena negara belum ada.”

 

“Pada 18 Agustus 1945, barulah kita masuk ke dalam gerbang kemerdekaan bangsa Indonesia. Panitia Pemindahan Kekuasaan Indonesia (PPKI) dibentuk oleh Ir. Soekarno dengan jumlah anggota 27 orang, bukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang dibentuk oleh Jepang dengan jumlah anggota 21 orang. Panca dasar negara dan panca tujuan republik Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia, seluruh tumpah darah Indonesia dari Sabang sampai Merauke, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Dan siapa yang akan menjaga ini semua? Yaitu Kopassus (Komando Pasukan Khusus),”

demikian dijelaskan secara rinci oleh Mursyid Thoriqoh Shiddiqiyyah, Kyai Muchtarulloh Almujtaba Mukti.

Ceria dan bersahaja tampak menghiasi wajah ibu-ibu Jam’iyyah Kautsaran Putri Haajarulloh Shiddiqiyyah dalam acara Tasyakkuran Tahun Baru Hijriyyah (TTBH) ini. Kegiatan rutin ini mendapat apresiasi yang tinggi dari para petinggi Pengurus Besar Nahdlatul ‘Ulama yang hadir.

“Kenapa bisa sangat kompak warga Thoriqoh Shiddiqiyyah ini? Saya hadir ke sini demi tabarrukan, mencari berkah, dan kebaikan dari jamaah Thoriqoh Shiddiqiyyah,” terang mantan Pengurus Besar Nahdlatul ‘Ulama, Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siroj, M.A., dalam sesi ramah tamah.

 

Sebagai ciri khas Thoriqoh Shiddiqiyyah yang mengedepankan silaturahmi, santun, dan shodaqoh, pada momen tersebut diadakan shodaqoh spontanitas yang berhasil mengumpulkan nominal sebesar 200 juta rupiah. Jumlah tersebut akan disalurkan untuk kemaslahatan umat manusia, bukan untuk keperluan pribadi sang Kyai.

Selamat dan sukses kepada JKPHS atas terselenggaranya acara TTBH di Serang, Banten. Insyaallah, acara rutinan ini akan kembali terselenggara di Bengkulu Utara pada tahun mendatang.

Berita terkait:

Tonton juga video terkait berita ini:

Related posts